Narkoba telah menjadi ancaman serius bagi generasi muda di Indonesia, termasuk di Nusa Tenggara Barat (NTB). Setiap tahun, kasus penyalahgunaan narkoba meningkat, dengan banyak korban berasal dari kalangan remaja dan pelajar.
Baru-baru ini, operasi besar-besaran yang dilakukan di Beleka, Lombok Tengah, mengungkapkan betapa parahnya peredaran narkoba di wilayah tersebut, dengan puluhan orang yang ditangkap dalam operasi narkoba.
Begitu pula di Bima, di mana penggerebekan terhadap rumah pengedar sabu berhasil menangkap satu pelaku. Kasus-kasus ini menjadi bukti nyata bahwa narkoba telah merusak banyak kehidupan generasi muda di daerah kita.
Penyalahgunaan narkoba bukan hanya masalah individu, tetapi berdampak pada keluarga, masyarakat, dan bangsa secara keseluruhan. Generasi muda yang seharusnya menjadi motor penggerak pembangunan justru terjebak dalam lingkaran kecanduan yang menghancurkan fisik, mental, dan masa depan mereka.
Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), prevalensi penggunaan narkoba di kalangan remaja sangat mengkhawatirkan. Dampaknya tidak hanya pada kesehatan fisik, tetapi juga mengarah pada gangguan psikologis, kerusakan jaringan sosial, bahkan perilaku kriminal.
Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja berisiko menyebabkan kerusakan otak, kesulitan menjalani kehidupan sosial, dan kesulitan dalam pendidikan. Ketika mereka yang masih dalam masa pembentukan karakter sudah terjerumus, harapan untuk masa depan yang cerah semakin tipis.
Namun, permasalahan ini bukanlah masalah yang tidak bisa diatasi. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), aparat penegak hukum, serta pemerintah daerah di NTB untuk menekan angka penyalahgunaan narkoba.
Meski demikian, upaya tersebut tidak akan efektif tanpa dukungan penuh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan tentang bahaya narkoba harus diperkuat sejak dini agar anak-anak memiliki pemahaman yang kuat tentang risiko yang mengintai.
Orang tua harus memainkan peran penting dalam membangun komunikasi yang baik dengan anak-anak mereka. Mengawasi pergaulan, memberikan pemahaman tentang bahaya narkoba, serta menjadi tempat bercerita yang nyaman bagi anak dapat menjadi langkah pencegahan yang efektif.
Di sisi lain, sekolah juga harus mengambil peran aktif dengan mengadakan sosialisasi, kegiatan positif, serta mendukung pengembangan bakat dan kreativitas siswa agar mereka tidak mencari pelarian dalam narkoba.
Baca juga: Aksi Polda NTB Gerebek Puluhan Pelaku Diduga Terlibat Kasus Narkoba di Lombok Tengah Diapresiasi
Sekolah dapat menjadi tempat yang memberikan ruang bagi remaja untuk berkembang dan mengeksplorasi minat mereka tanpa harus terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Pemerintah, dengan adanya pengawasan ketat terhadap jalur masuk narkoba, terutama di NTB yang rawan digunakan untuk penyelundupan, juga harus memastikan hukuman bagi pengedar dan bandar narkoba ditegakkan dengan tegas. Sementara itu, bagi pengguna yang ingin keluar dari jerat narkoba, akses rehabilitasi yang layak harus tersedia.
Selain peran keluarga, sekolah, dan pemerintah, peran organisasi profesi, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), sangat penting dalam penanggulangan narkoba. IDI, dengan jaringan tenaga medis profesional yang luas, dapat memberikan kontribusi besar dalam upaya menyelamatkan generasi muda dari bahaya narkoba.